Capek Dengan Ulangan…Nikmatnya sih Makan Bakso

                  “ Asem, berat banget nih pikiran, ulangan umum aja udah banyak begini banyaknya”

            Masa-masa ulangan umum terkadang memang membuat pikiran terkuras habis. Dan jika melihat sedikit kutipan di atas, itulah ungkapan yang kala itu diungkapkan para seminaris kelas 1. Lihat saja ekspresi mereka yang khas dengan raut wajah yang leth lesu dan perut yang mulai keroncongan. Namun benar kata pepatah “ berkah itu gak akan lari kemana-mana cui “. Ternyata ekspresi mereka yang seperti itu juga membawa hoki alias berkah bagi mereka sendiri. Namun sayang seribu sayang, berkah itu hanya diterima beberapa seminaris kelas 1 saja bukan semuanya. Mau tahu berkah apa yag didapat ? dan mau tahu bagaimana kronologisnya ? Nih, kita lihat kisahnya aja ya…
          Ketika itu, Katmo (nama samaran) sedang fokus belajar untuk mempersiapkan ulangan umumnya. Kebetulan, ulangan umum yang akan dihadapinya esok hari itu sungguh banyak bahannya. Akuntansi, sosiologi dan ekonomilah yang harus dihadapinya esok hari. Baginya, pelajaran ini sungguh membosankan bahkan menguras pikirannya. Dia sempat mengeluh kepada teman di sebelahnya “ wiihh, banyak banget nih bahan haaaah “. Ternyata itu tidak hanya dirasakannya sendiri, teman-teman angkatannya pun mengalami hal yang demikian. Maka tak jarang, banyak dari mereka justru sharing atau ngobrol dengan teman didekatnya.
Katmo yang sedang fokus belajar sedikit terganggu dengan hal ini. Dia tak tahu apa yang sebenarnya dibicarakan beberapa temannya itu. Hal itu semakin berlanjut, ketika Katmo mendengar beberapa temannya mulai ada yang gosip, bercanda, bahkan selalu berganti-ganti topik. Melihat hal itu, seakan-akan topik yang dibicarakan itu tak ada habisnya. Katmo yang merasa terganggu akan hal itu, akhirnya langsung pindah tempat ke unit KPP yang saat itu sedang kosong. Tak lama kemudian, kedua orang temannya, Batara dan Ranu pun juga ikut menyusulnya ke sana. Badan yang lesu dn pikiran yang berat tak mengurngi niat mereka untuk belajar.
         Saat itu kira-kira pukul 11 malam dimana para seminaris harus menjaga ketenangannya. Namun, inilah uniknya seminaris, hari yang semakin larut ini justru membuat perut mereka keroncongan. Dan itu sungguh dirasakan oleh Katmo, Batara, dan Ranu. Tak jarang Katmo nyeletuk “ Nu, punya makanan gak lo ? Perut gua udah laper banget nih!!” “ yah, makanan gua terakhir udah habis kemarin “, balas Ranu. Namun tak sengaja, Katmo teringat bahwa dia menyimpan sekotak biskuit kecil di laci refter. Oleh karena perut yang sudah menari-nari, akhirnya Katmo pun menyuruh Batara untuk mengambil biskutnya itu di refter. Mereka bertiga sungguh menikmati makanan itu walupun hanya sekotak biskuit kecil.
         Ketika asyik makan, tiba-tiba mereka bertiga mendengar suara orang sedang membuka pintu. Dan tak disadari itu adalah Fr.Anto yang sedang keluar dari kamarnya untuk melihat situasi seminari saat itu. Katmo dan kedua temannya itu pun langsung menyembunyikan biskuit itu di dalam buku. Kebetulan saat itu, unit 4 yang berisikan anak-anak kelas 1 sedang dalam situasi ribut atau berisik, maka perhatian Fr.anto pun langsung terpusat kearah unit 4. “ hei..hei…sudah jam berapa ini ? jangan ribut!!”, tegas Fr.Anto kepada seminaris kelas 1. “ Oh ya maaf frat “, balas beberapa seminaris kelas 1. Setelah menegur mereka, Fr.Anto pun langsung kembali ke kamarnya yang kebetulan berada tepat di unit KPP dimana Katmo dan kedua temannya berada. Kini perhatian Fr.Anto terpusat pada Katmo dan kedua temannya itu. Entah mengapa tiba-tiba Fr.Anto pun mengetuk jendela dimana Katmo dan kedua temannya berada sembari menyebut-nyebut “ Mo..Mo, sini kamu !”. Katmo yang mendengar panggilan itu sangat takut kalau-kalau dia akan dimarahi oleh Fr.Anto. Dengan wajah yang lesu Katmo pun membuka jendela itu dan berkata kepada frater “ ada apa, frat ? “ “ besok kamu ulangan apa ? “, tanya frater “ Oh, besok ulangan akuntansi, ekonomi dan sosiologi, frat ?” “ wih, berat juga tuh ? “, balas frater “ oh berat banget memang, frat ? “ , jawab Katmo. Berkah memang gak bakal lari kemana-mana, coi. Si Katmo yang tadi sangat takut kini tersenyum lebar dengan sedikit wajah yang malu. Sebab, si frater menawarinya makanan dari refter para pater di rektorat. Dengan semangat, katmo pun langsung menagajak kedua temannya untuk mengambil piring kecil sebagai tempat lauk.
         Dengan malu-malu, Katmo dan kedua temannya pun masuk ke refter rektorat. Dan apa yang diberikan si frater ? Si frater pun memberikan mereka panci yang penuh dengan bakso sapi yang hangat, ditambah lagi beberapa potong ikan presto dan ikan kakap tepung yang pedas. Dengan cepat Katmo pun bertugas membawa nasi putih, Batara membawa ikan presto dan kakap tepung, sedangkan Ranu membawa panci besar yang penuh dengan bakso sapi. Kesunyian malam itu sungguh terpecahkan oleh mereka bertiga. Sebab, semua makanan itu hanya dimakan mereka sendiri bahkan mereka sengaja tidak menyalakan lampu refter seminaris agar tidak banyak orang yang tahu kebereuntungan mereka ini. Sesekali Ranu berkata “ gile, bakso sapi penuh satu panci cui. Kapan lagi kita bisa makan kayak begini ? “ “ Ya Tuhan, matep bener nih makanan “, balas Batara. Malam itu sungguh menjadi malam yang indah bagi mereka bertiga. Bagi mereka tanpa lampu pun semuanya itu bisa dilakukan tapi hanya soal makanan saja hehehe. Itulah seminaris yang menjadi pengelana di tengah kesunyian malam.